Kamis, 23 Januari 2014

Hujan semalam-Puisi

Menutup senja...
Keraguan langkah menjejaki hamparan bumi pucat pasi
Buliran bayu merambat membasahi
Dalam penantian itu kau lirik sebuah keikhlasan pemuda
Yang sedia mengantarmu pulang ke sana.

Kepercayaan membanjiri bola matamu, kian sayu menatap lemah pada gelagak deru hujan
Tertanam sebuah harapan, dalam siraman keromantisan terselubung ketidakpastian
Ah... pemuda menatap hampa pada diri yang hina
Tersadar dalam buaian kosong yang mereka katakan asmara

Dia tembus hujan mengikis rasa yang tidak mungkin terjadi
Belaian hijabmu membentengi belenggu nan siap menyiksa diri
Kau beri kata semangat, tameng dingin hujan yang menyakiti
Karena ia sadar kehinaan pengemudi yang siap hantarkan tuan putri

Kedinginan ia tahan demi sebuah tujuan
Keraguan semakin kikis menembus hujan
Kesakitan semakin tidak berasa demi sebuah alasan
Dan tuan putri pun sampai ke haluan

Malam itu...
Tidak akan terjadi dua kali
Dan kau semakin memahami
Bahwa hujan tidak akan menerpamu lagi
Pemuda pun mawas diri
Itu yang pertama dan yang terakhir kali
Namun tidak usah disesali
Mungkin itu tertulis dalam diary
Atau...
Karena itulah aku berpuisi

Jika hujan turun lagi di malam hari
Ingatlah perjalananmu dengannya,  meski kian terasa sepi
Kau akan pahami...
Betapa indah hujan di malam hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar