Keraguan langkah menjejaki hamparan bumi pucat pasi
Buliran bayu merambat membasahi
Dalam penantian itu kau lirik sebuah keikhlasan
pemuda
Yang sedia mengantarmu pulang ke sana.
Kepercayaan membanjiri bola matamu, kian sayu
menatap lemah pada gelagak deru hujan
Tertanam sebuah harapan, dalam siraman keromantisan
terselubung ketidakpastian
Ah... pemuda menatap hampa pada diri yang hina
Tersadar dalam buaian kosong yang mereka katakan
asmara
Dia tembus hujan mengikis rasa yang tidak mungkin
terjadi
Belaian hijabmu membentengi belenggu nan siap
menyiksa diri
Kau beri kata semangat, tameng dingin hujan yang
menyakiti
Karena ia sadar kehinaan pengemudi yang siap
hantarkan tuan putri
Kedinginan ia tahan demi sebuah tujuan
Keraguan semakin kikis menembus hujan
Kesakitan semakin tidak berasa demi sebuah alasan
Dan tuan putri pun sampai ke haluan
Malam itu...
Tidak akan terjadi dua kali
Dan kau semakin memahami
Bahwa hujan tidak akan menerpamu lagi
Pemuda pun mawas diri
Itu yang pertama dan yang terakhir kali
Namun tidak usah disesali
Mungkin itu tertulis dalam diary
Atau...
Karena itulah aku berpuisi
Jika hujan turun lagi di malam hari
Ingatlah perjalananmu dengannya, meski kian terasa sepi
Kau akan pahami...
Betapa indah hujan di malam hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar