Rabu, 22 Januari 2014

Karena Uang-Puisi

Beginilah hidup jika diukur dengan uang
Perut tergilas, kawan tertindas, kekasih kandas, nyawa bisa terlepas!

Beginilah jika dunia diatur dengan uang
Banyak tangan menengadah di traffic ligth
Nyanyian parau menahan lapar terdengar di mana-mana.
Riak-riak buruh membuncah iringi hari dengan tangan mengepal melawan.
Anak-anak usia belia harus turun ke jalan menapaki hidup yang masih terasa asing terasa.

Beginilah jika bicara uang
Otakmu takkan berpikiran sehat terbuai mengawang hingga landai melepas tawa
Kepalamu dipenuhi prospek proyeksi janji-janji masa depan melanjutkan usia penuh darah..
Darah-darah mereka yang kau ambil haknya!
Sukma licik picik dalam untaian yang leluasa akan memenuhi alam pikirmu
Kau timbun harta! sementara mereka menahan perih dalam kenelangsaan yang menyakitkan.

Beginilah jika sastra dirong-rong dengan uang
Berkarya pun memaksakan diri demi menuai angka-angka
Berpuisi pun syarat berlebihan, mengatakan cinta, beronani dalam gelap ruang ruang biasa
Berkisah pun terlalu mendewakan budaya lain mencibir ibu pertiwi..
Kita bebas bicara, bukan berarti kata-kata tong sampah!
Kita bebas berkarya, bukan berarti membusungkan dada karena nama!

Beginilah jika karena uang
Amarah mengepul mengelilingi kepala yang kian memanas hingga meletus kepadamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar