Pementasan DDD untuk Aquila penderita Atresia bilier. sekedar membantu apa yang bisa di bantu. Waktu itu, semua semangat untuk sebuah pementasan besar di taman Budaya. Semua hasil pembelian tiket disumbangkan untuk Aquila.
Tangisan anak dan ekspresi orangtua penuh kebingungan adalah
pemandangan yang biasa terlihat sehari-hari pada keluarga pasutri Ashari
Parinduri dan Suraya. Tawa, canda, serta celoteh anak-anak mereka
seperti saat mereka sehat tak lagi hinggap ditengah mereka sekarang.
Jeritan tangis dan rintihan Aquila Qotrunnadha Parinduri, penderita Atresia Bilier (kegagalan perkembangan empedu pada hati) seakan tiada henti didengar oleh kedua orangtuanya. Ibunya duduk di sampingnya sembari kecup kening Aquila. “Sabar ya sayang. Sebentar lagi kamu pasti sembuh,” ucap Suraya sembari menengadah ke langit-langit ruang, berharap ada mukjizat turun buah dari ketekunan ibadahnya setiap malam.
Jeritan tangis dan rintihan Aquila Qotrunnadha Parinduri, penderita Atresia Bilier (kegagalan perkembangan empedu pada hati) seakan tiada henti didengar oleh kedua orangtuanya. Ibunya duduk di sampingnya sembari kecup kening Aquila. “Sabar ya sayang. Sebentar lagi kamu pasti sembuh,” ucap Suraya sembari menengadah ke langit-langit ruang, berharap ada mukjizat turun buah dari ketekunan ibadahnya setiap malam.
Mereka adalah warga Sumatera Utara dari Kabupaten Batubara yang
secara ekonomi tergolong tidak mampu dan kesulitan menyelamatkan Aquila
dari rengkutan maut. Harapan masih tersisa bagi mereka seolah tak pernah
habis jika mereka meliat Aquila yang tengah sibuk memainkan boneka
mungilnya sembari terbaring diatas kasur.
Bukan hanya Mukjijat yang mereka ibakan dari Tuhan, juga bantuan dana
guna operasi Aquilas secepatnya, bantuan yang mungkin datang dari para
dermawan maupun kerabat yang sebaya, semasa… Tapi mungkinkah?
Tidak ada yang tau Aquila akan menjadi apa, mungkin saja ia akan menjadi satu-satunya utusan Tuhan sebagai pemimpin yang membersihkan negara ini dari Koruptor, dari multiple ambigu hukum, sah saja apabila kelak dia menjadi Jendral wanita pertama di Indonesia, bahkan malah akan menjadi pahlawan negara. Yang kami tau saat ini Aquilas layak selamat dari dinamit maut yang bersarang pada hati adik kecil kami ini, iya… Dia layak selamat atas Ijin Tuhan, iya… Dia mampu sehat kembali dengan kemajuan teknologi Kedokteran di negara ini.
Ketika harapan pertama terkabulkan yaitu pernyataan Tim Dokter yang memampukan Aquila dapat sembuh namun akan memakan biaya yang sangat mahal, orangtuanya terlihat tak kuasa menahan haru. Ada kebahagiaan di hati mereka, terutama kerinduan akan keseharian anak-anak mereka saat mereka sehat.
Tidak ada yang tau Aquila akan menjadi apa, mungkin saja ia akan menjadi satu-satunya utusan Tuhan sebagai pemimpin yang membersihkan negara ini dari Koruptor, dari multiple ambigu hukum, sah saja apabila kelak dia menjadi Jendral wanita pertama di Indonesia, bahkan malah akan menjadi pahlawan negara. Yang kami tau saat ini Aquilas layak selamat dari dinamit maut yang bersarang pada hati adik kecil kami ini, iya… Dia layak selamat atas Ijin Tuhan, iya… Dia mampu sehat kembali dengan kemajuan teknologi Kedokteran di negara ini.
Ketika harapan pertama terkabulkan yaitu pernyataan Tim Dokter yang memampukan Aquila dapat sembuh namun akan memakan biaya yang sangat mahal, orangtuanya terlihat tak kuasa menahan haru. Ada kebahagiaan di hati mereka, terutama kerinduan akan keseharian anak-anak mereka saat mereka sehat.
Oh doa terjawab, akan tetapi biaya?
Mereka hanya memiliki satu rumah reot peninggalan Kakek-Nenek Aquila
bahkan itupun terjual dan hanya mencukupi biaya diagnosa serta medical
checkup lainnya berkeliling ke berbagai rumah sakit baik di Medan,
Sumatera Utara, bahkan di Rumah Sakit Island Penang Malaysia, dan kini
di Jakarta.
Siapkah kita menggantungkan harapan kita dipundak Aquila?.
Maukah kita hidup untuk mendapatkan harta surgawi di masa hidup ini?
Mari sumbangkan apa saja yang dapat diberikan, disalurkan untuk Aquila sebab segala sesuatunya dari saya untuk dia seijin Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar